Sering
sekali saat berbelanja di pasar, mall, kedai, swalayan, bayar uang air, bayar
listrik, dlsb, kita menerima kembaliannya berupa uang pecahan kecil, seperti: Rp. 100, Rp. 200, Rp. 500,
ataupun Rp. 1.000, - yang terkadang
kita merasa itu kurang berharga. Bahkan, tidak jarang kita juga mengabaikannya
dan tidak menerimanya, karena beranggapan itu hanya akan memperberat kantung ataupun
dompet kita, dan, walaupun kita menerimanya dan membawanya pulang, biasanya
kita letakkan saja di – asal tempat, sehingga terabaikan dan tidak bermanfaat
dalam jangka waktu yang cukup lama. Namun tahukah anda! Jika uang pecahan kecil
itu dikumpulkan dan dikelola dengan baik, maka apa yang kita anggap kurang
bermanfaat itu akan sangat bermanfaat dan berarti.
Saat
perjalanan pulang ke Medan(21/9) dari Sukarame, Kec. Munte, Kab. Karo, -
menghilangkan rasa jenuh dan kantuk, kami mengisinya dengan membicarakan
hal-hal pendukung pelayanan dan pengembangan gereja, hingga sampai pada pengadaan
diakoni sosial di GIKI Medan yang sesuai kesepakatan dikenakan Rp. 10.000,-
/bulan yang pengumpulannya dimulai bulan Oktober ini(sesuai hasil sermon Sabtu,
7 Sep. 2013), sehingga, timbullah beberapa pertanyaan yang salah satunya,
yakni: “Bagaimana, jika ada anggota jemaat kita yang membutuhkan dalam waktu
dekat ini, sedangkan kas gereja masih sedikit?” Bahkan, jika dibanding dengan
pelayanan yang sudah berjalan dan program yang ada(akan datang), maka itupun
sangat kurang; dan pengutipan iuran diakoni Rp. 10.000,-/bulan/rumah – tangga baru
efektif bulan Oktober ini; ditambah beberapa agenda GIKI Medan dalam waktu
dekat yang tentunya membutuhkan dana, seperti: pentahbisan Pengerja GIKI Medan,
KKR ke Pekan Baru, KKR ke Tiga Lingga(?), Pentahbisan Majelis Pengerja GIKI
Medan, dan bulan Natal yang sudah mendekat; serta kemampuan memberi jemaat yang
masih rendah. Dengan benyaknya program
pelayanan, sehingga kas dan iuran diakonia saja tentunya tidak mencukupi, maka
kita mengambil inisiatif untuk melibatkan semua jemaat, baik anak kecil,
remaja, pemuda, dan orang tua untuk turut mengambil bagian dalam hal mendukung
dana diakoni. Namun, bagaimana caranya agar semua mau berperan sukarela dan
tidak merasa berat? Maka muncullah ide untuk membuat kantung persembahan khusus pecahan mata uang terkecil; mengajak semua jemaat GIKI Medan untuk peduli, dengan jalan
mudah dan tidak memberatkan, yakni dengan mengumpulkan ke kantong
persembahan(khusus disediakan) uang pecahan terkecil yang sering terabaikan untuk mendukung dana diakoni sosial
gereja.
Minggu,
22 September 2013. Selesai Ibadah; Majelis Pengerja dan Aktifis memberikan
contoh dihadapan seluruh jemaat GIKI Medan dengan memasukkan pecahan mata uang
terkecil(Rp. 100, Rp. 200, Rp.500, ataupun Rp. 1000) kedalam kotak persembahan
yang telah dikhususkan untuk program ini, dan hasilnya: semua jemaat merespon
dengan baik dan turut melakukannya juga, baik anak kecil, remaja, pemuda, dan
orang tua; dan program ini diharapkan berjalan dengan baik dan disetiap
minggunya semua jemaat dari semua usia turut mengambil bagian untuk
mensukseskan program ini, dan GIKI Medan menamai program ini dengan “Persembahan
Pecahan Mata Uang Terkecil” dengan motto: “Kecil Nilainya; Besar Manfaatnya!”
Dengan
kuasa Allah Bapa, kasih setia Tuhan Yesus Kristus, dan tuntunan Roh Kudus… uang
pecahan terkecil ini akan menjadi berkat yang besar bagi sesama kita yang lebih
membutuhkan. Mari seluruh jemaat didorong untuk masing-masing mengucapkan janji
imannya untuk memenuhkan kantung persembahan khusus ini maksimal satu semester
disetiap tahunnya. Mejuah-juah Tuhan Yesus Si Masu-masu.
Taneh Karo Simalem
Gereja dan Budaya Ibarat Rel Kereta
Buluhawar Simalem
Karo Bukan Batak: Sekedar Opini dari Saya!
Uis Karo dan Karo Bukan Batak
KBB (Karo Bukan Batak!)